Sabtu, 30 April 2011

Kamus Impian

Seperti biasa, aku sering 'window shopping'. Cuci mata. Gag beli kan gag papa ? Heheheh... maklum, dompetku selalu limit.

Aku paling suka cuci mata di Sukses. Tau tempatnya gak ? Di Kutoarjo. Deket stasiun Kta. Yah.. paling aku cuma beli pensil 2B. Alat tulis yang paling sering aku beli semenjak aku jadi anak kelas IX.

Pandanganku tertuju pada deretan kamus. KAMUS BAHASA ARAB-INDONESIA. Wuiiihh... Ada tho di sukses. Aku liat-liat dulu. Emang gag ada niatan buat beli. Aahaha....

Trus, aku tanya sama mas-mas penjaganya. "Kamus yang itu harganya berapa mas ?" Dia lalu ngeliat ke belakang kamus itu. "Owh.. ini 68.000 dik." Aku hanya tersenyum. "Makasih Mas. Kapan-kapan deh belinya."

Semenjak saat itu aku jadi ngebet pengin beli kamus itu. Yah,, sebagai pengobat keinginanku sekolah di pondok yang tidak terkabul. Tapi gimana caranya ? Ortu gag mungkin mau beliin. Apalagi kamus bahasa Arab-Indonesia, yang gag ada hubungannya ma pelajaran. Bener-bener gag boleh. Biasanya, ortu ngebolehin aku membeli sesuatu yang ada hubungannya ma pelajaran. Kalau aku meh beli novel gitu, di Gramed, pasti gag boleh. Tapi, kalau beli "Menulis Siapa Takut?" atau apa gitu, boleh. Asal ada embel-embelnya demi pendidikan, boleh.

Karna pasti gak dibeliin tuh kamus, aku memutar otak gimana caranya biar aku bisa beli kamus itu. Ngambil uang ortu diem-diem. Gak elite banget. Kerja. Masih SMP aku. Mau kerja apa ? Ngamen. Apa kata dunia ?

Ahaa... aku ada ide. Satu-satunya cara agar aku dapat uang secara halal. Mendapat nilai 10 pada mapel UN. Ide yang bagus. Kalau di sekolahku, yang dapat nilai 10 UN, ntar disuruh naik panggung dan dikasih uang 100.000. Lumayan banget dah. Maju panggung bersama orangtua. Gimana rasanya ya ? Pasti orangtuanya bangga banget tuh ma anaknya. Coba aku bisa kayak gitu..

Setelah aku pikir-pikir, aku juga bisa kayak gitu. Kenapa gag ? Kakak kelasku aja pada bisa kok. Gag ada yang tidak mungkin. Apalagi aku udah belajar mati-matian demi UN. Demi lulus SMP. Aku udah belajar sungguh-sungguh, berdoa, menuruti wejangan-wejangan orang pintar. Aku pasti berhasil. Optimis..

Aku rela berhenti membaca novel "Ranah 3 Warna" demi memfokuskan UN. Padahal, lagi asyik-asyiknya. DEMI UN. DEMI MASA DEPANKU. DEMI KESUKSESANKU. DEMI KEBAHAGIANKU. DEMI SEGALANYA. Aku juga rela mengurangi intensitasku mengakses internet. Aku lebih suka bilang, "eFBe-an". Mencoba mengurangi walau belum bisa menghilangkan.

Akhirnya, perang yang sesungguhnya dimulai. Tanggal 25 - 28 April. Dengan mengucapkan bacaan basmallah, aku akan taklukkan perang itu. Sebelum UN, aku sholat duha dulu bersama teman-temanku yang seagama. Untuk memohon kepada Yang Kuasa, agar kami diberi kesuksesan dan kemudahan.

4 hari itu berlalu sangat cepat. Aku pasrah dengan hasil yang akan diumumkan tanggal 4 Juni esok. Aku sudah berusaha semaksimal mungkin. Aku telah mengerjakan soal-soal UN dengan sungguh-sungguh. Aku baca dengan cermat, aku teliti berkali-kali. Aku benar-benar fokus saat itu. Sampai-sampai aku keringetan. Rasanya panas. Gara-gara soal matematika. Setelah selesai ujian matematika, aku menghela nafas sejenak dan mengucapkan alhamdulillah. Aku yakin. Aku benar-benar yakin. Semoga Allah mengabulkan permintaanku. Amiin..

Mapel UN ke-3, bahasa Inggris. Aku juga harus menaklukkannya. Aku harus bisa mengikut jejak kakak kelasku, mba Amola dan mba Mareta. Mereka mendapat nilai 10 pada mapel b.ing. Keren.. Hanya merek berdua yang mendapat nilai 10 se-kabupaten Purworejo. Dengan rasa optimis, aku mengerjakan soal-soal itu. Kurasa cukup mudah sebelum aku melihat soal no. 11. Soal no.11 sangat mengganjal di hatiku. To commemorate / To Increase itu.. Aku lupa. Aku bingung. Dan satu soal lagi, tapi aku lupa no.nya. 2 soal itu merusak impianku untuk mendapat nilai 10 di mapel b.ing. Semoga saja jawabanku benar..

Hari ke-4, IPA. Aku cukup PEDE tapi juga cukup minder. "Lho ?? Gimana tta?" Iya.. PD'a karena aku merasa yakin aku bisa. Mindernya karena kata-kata guruku, guru fisika, namanya Pak *******. Hari sabtu, beliau memberi wejangan kepada kami. Menurut beliau, kami itu mungkin sudah bosan dengan soal, bosan dengan buku, bosan dengan pelajaran. Nah.. benar sekali itu. Beliau juga mengatakan bahwa, Kita harus tau bahwa kita tidak tau.

Semenjak saat itu, aku jadi sadar aku itu tidak ada apa-apanya. "AKU TAU BAHWA AKU TIDAK TAU". Itu bagus. Daripada " AKU TIDAK TAU KALAU AKU TIDAK TAU" Kalau itu parah. Untuk mapel IPA, 2 soal aku tidak yakin. Soal yang MSG dan soal memukul nyamuk. Aku dapat paket A. Kalau yang baca dapet paket A/B/C pasti tau soal itu. Katanya yang MSG, jawabannya merusak saraf. Aku jawabnya hati, yang opsi B. Aku baca semua pilihannya, A. Ginjal rusak (aku lupa)
B. Hati tidak dapat mensekresikan empedu
C. (Lupa lagi)
D. Merusak sistem syaraf

Jelek semua efeknya lho. Pasrah lah..
Salah ya udah. Gak jadi 10 ya udah. Gak jadi dapet 10 ya udah. Gak jadi naik ke panggung. Dan GAK JADI BELI KAMUS IMPIAN. Hiks hiks hiks :((

Akhirnya, aku hanya bisa berdoa, meminta dan memohon. Beri aku kesuksesan dan kebahagiaan. Selalu terlintas di benakku, 3 tahun aku sekolah di SMP 3, 3 tahun aku menuntut ilmu. Dan hanya karena ketidaktauan itu, aku gak jadi dapet nilai 10. 3 tahun malah lebih aku mengharapkannya. Rasanya kecewa sekali. Mungkin, aku terlalu berlebihan dalam menceritakan ini. Tapi inilah sejujurnya perasaanku.

Harapanku, aku bisa mendapat nilai 10 dan maju ke panggung. Walau hanya 1 mapel saja, aku sudah bahagia. Moga-moga matematika tidak mengecewakanku. Sebenarnya, bukan hanya uang yang aku incar, tetapi ini demi kedua orangtuaku. Aku ingin orangtuaku bangga kepadaku. Uang 100.000 tak masalah. Derajat orangtuaku jadi prioritas. Gag bisa beli kamus impian juga gag jadi masalah. Yang penting aku bisa membanggakan kedua orangtuaku dan jerih payahku selama 3 tahun akan terbayar.

Aku akan menunggu tanggal 4 Juni 2011. Jika hari itu, aku dapat uang 100.000 dari hasil jerih payahku, aku akan bangga sekali dengan diriku yang "tidak tau apa-apa". Dengan spirit baru, MAN JADDA WAJADA. Barang siapa bersungguh-sungguh, akan berhasil.

Semoga nasibku seberuntung Alif di tokoh tetralogi "Negeri 5 Menara" atau kalau bisa ya lebih beruntung. Amiin.. Semoga Allah Swt meridhai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar